Selasa, 09 Februari 2010

Masalah Parkir di Malioboro Jogjakarta


YOGYA (KR) - Atasi persoalan parkir di kawasan Malioboro, Deputi Pengedepanan Riset Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Ir Arif Wismadi MSc mengatakan, penerapan parkir progresif bisa jadi solusi. Melalui skema ini tarif parkir dinaikkan dan dihitung per jam. Ini menjadi jalan tengah dalam menyelesaikan persoalan terkait tarif dan area parkir yang tidak sebanding dengan banyaknya volume kendaraan.
“Parkir progresif ini seperti yang sudah diterapkan di sejumlah negara lain,” kata Arif kepada KR kemarin. Dengan cara itu, lanjutnya, volume kendaraan yang masuk ke Malioboro dapat dikurangi, karena masyarakat harus membayar mahal ketika memarkirkan kendaraan pribadinya. Sementara dari perhitungan uang yang beredar juga tidak akan berkurang. Jadi tidak ada konflik kepentingan. Sebab dari pendapatan nilainya tetap sama.
Untuk memberlakukan skema parkir progresif, lanjutnya, memang dibutuhkan keberanian dari pemerintah. Konsep ini sebenarnya juga sudah pernah masuk dalam pembahasan perda parkir. Tapi kemudian kehilangan gigi. Selain itu, parkir progresif juga perlu diimbangi dengan ketersediaan transportasi umum yang secara kualitas dan kuantitas memadai, sehingga orang yang akan menuju Malioboro punya alternatif lain. “Angkutan umum harus sangat nyaman,” kata Arif. Tidak seperti sekarang, kebanyakan pengunjung Malioboro menggunakan kendaraan pribadi karena kondisi layanan transportasi masih buruk.
Masalah transportasi di DIY, menurutnya, seperti lingkaran setan. Ketika transportasi buruk, pendapatan pengelola bus pun menurun, kualitas layanan menjadi makin merosot. Tak heran bila makin banyak orang yang memilih menggunakan kendaraan pribadi. “Karenanya perlu ada upaya memutus lingkaran tersebut,” ucapnya.
Sedang pembangunan parkir bawah tanah yang diwacanakan Pemprov DIY, menurut Arif, kurang efektif. Parkir bawah tanah justru memfasilitasi banyak ruang parkir. Artinya makin memicu orang menggunakan kendaraan pribadi ke pusat kota. “Tapi kalau tujuannya sekadar menarik orang datang ke sana ya itu pertimbangan lain,” ucapnya.
Menurutnya, akan lebih baik bila pemerintah membuat kantung-kantung parkir di pinggiran kota. “Masyarakat dapat memarkirkan kendaraan pribadinya di situ. Kemudian ketika akan menuju pusat kota menggunakan transportasi umum,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar